Lakukan Berulang-Ulang Hingga Ia Mengalir Bagai Air Terjun


Sahabat... Apa yang sedang anda lakukan sore ini? Mungkin sebagian ada yang tengah beristirahat sepulang bekerja dan menunggu magrib tiba sambil bermain medsos. 

Mari kita bermain dengan kata-kata. Coba ingat-ingat, apakah ada pengalaman paling menyenangkan hari ini? Kalau ada, mari ceritakan dengan bahasa sebebas mungkin. 

Selain itu, kalau bisa cari sisi menarik yang bisa diambil hikmah atau pelajaran dari hal tersebut. Uraikan, sekali lagi dengan bahasa apa adanya, nggak usah didramatisasi. 

Kalau bingung, hikmah apa yang bisa diambil? Ya ceritakan saja apa adanya, nggak usah memaksakan diri 'mengulik' si hikmah tadi. Bertutur saja dengan santai. 

Lakukan hal tersebut sebagai sebuah kebiasaan. Maka itu akan membuat keterampilan kita dalam menulis akan semakin baik. Karena menulis (mengarang) itu hampir sama seperti orang yang berlatih beladiri. Ia bukan tentang seberapa banyak pengetahuan anda tentang aneka jurus yang ada di dalamnya, tapi seberapa banyak anda mengulang-ulang jurus. Hingga ia menjadi sebuah kebiasaan. 

Menulis juga demikian. Semakin banyak berlatih akan membuat anda semakin trampil dalan menyusun kata-kata. Di awalnya mungkin sulit, lambat bahkan buntu. Namun semakin sering dilakukan akan semakin mudah. Hingga akhirnya buah pikiran anda akan menjadi seperti air terju  yang mengalir tiada henti.

Selamat berlatih... Salam literasi.

Samarinda, 10 Juli 2021
 

Menjadi Penceramah Peringatan Maulid Nabi Ikatan Guru Raudhatul Athfal Kota Samarinda

 


SAMARINDA, MEDIAIBUKOTA- Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) kota Samarinda mengadakan Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1444 H dan Ramah Tamah di Lingkungan Raudhatul Athfal Jum'at (07/10/2022). 

Kegiatan yang diselenggarakan di aula Kementerian Agama Kota Samarinda ini selain dihadiri oleh para Kepala Raudhatul Athfal juga dihadiri oleh Kepala Kementerian Agama kota Samarinda Dr. H. Baequni, M.Pd, Kasubag Tata Usaha Rahmi, Kasubag Pendidikan Madrasah Junaidi, para pengawas dan beberapa pejabat di lingkungan Kementerian Agama Kota Samarinda. 

Menurut Ketua Panitia yang juga Ketua Ikatan Guru Raudhatul Athfal, Karmila Jaya Wardani, S.Pd, ada 35 Kepala Raudhatul Athfal yang hadir dalam kegiatan ini diantara 39 Raudhatul Athfal yang ada di kota Samarinda. 

"Yang 4 lagi, Raudhatul Athfalnya sudh tidak aktif," ujar Karmila saat menyampaikan laporannya. 

Sementara itu Kepala Kementerian Agama Kota Samarinda H. Baequni sangat mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh IGRA ini. Menurut dia, peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh para Kepala Raudhatul Athfal ini merupakan yang pertama kalinya diadakan di lingkungan Kementerian Agama kota Samarinda pada bulan maulid tahun ini. 

Dalam kesempatan ini Baequni meminta maaf setelah memberikan sambutan tidak dapat mengikuti acara hingga selesai karena harus mengikuti acara lain bersamaa Wali Kota Samarinda. Dia berharap seusai acara dengan Wali Kota dapat kembali ke Aula Kementerian agama untuk melanjutkan kegiatan Ramah Tamah bersama para Kepala RA ini.
masukkan script iklan disini

Ceramah Maulid IGRA kali ini disampaikan oleh Ustadz Abdillah Syafei, S.Ag dari Dinas Kominfo kota Samarinda. Ia merupakan mantan Guru Pendidikan Agama Islam yang saat ini masih aktif berdakwah dan menjadi Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Samarinda serta Pembina Forum Persaudaraan Muslim Kalimantan Timur (FPMK).

Dalam siraman rohaninya Abdillah lebih banyak memberikan motivasi kepada para Kepala dan Guru Raudhatul Athfal untuk selalu bersemangat dalam memberikan pendidikan yang Islami kepada generasi umat.

"Saya ini mantan guru, 21 tahun saya mengajar. Namun saya sangat mengagumi perjuangan para guru yang mendidik anak-anak prasekolah termasuk Raudhatul Athfal ini," ujar Abdillah dalam ceramahnya. 

Menurut mantan guru SMPN 29 Samarinda ini, guru Raudhatul Athfal (RA) merupakan para pendidik yang memiliki keistimewaan karena mengajar anak-anak yang masih sangat belia dan masih sangat sulit untuk diarahkan. Butuh kesabaran yang luar biasa untuk bisa menjadi guru RA. Selain itu pendidikan agama yang menjadi ciri utama RA adalah imu yang sangat penting yang menjadikan RA lebih istimewa lagi.

"Yang penting ibu-ibu sekalian harus sabar dan menanamkan keikhlasan yang tinggi agar semua pengorbanan mendidik anak-anak orang tersebut menjadi amal yang tidak terputus pahalanya," ujar Abdillah Syafei. 

Sebagai mantan guru yang masih memilii jiwa pendidik, Abdillah Syafei mengajak para guru yang hadir untuk terus meningkatkan kualitas diri termasuk dengan rajin-rajin menambah ilmu dan wawasan guna membekali diri dalam mengimbangi perkembangan jaman. 

Seusai peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dilanjutkan dengan acara ramah tamah antara para Kepala Raudhatul Athfal dengan Para pengawas yang baru dilantik serta beberapa pejabat terkait di lingkungan Kementerian Agama Kota Samarinda. (MAF-MIK)

Hidupkan Kembali Semangat Perteateran Taman Budaya Kaltim Gelar Festival


SAMARINDA, MEDIAIBUKOTA: Festival Teater se Kalimantan Timur yang digelar oleh UPTD Taman Budaya Kalimantan Timur, dibuka hari ini Selasa (28/6/2022), bertempat di gedung Rizani Asnawi Samarinda.  


Kegiatan Festival yang dikemas dalam bentuk lomba ini diikuti oleh 50 peserta berasal dari 5 Kabupaten dan Kota yang ada di Kalimantan Timur, yakni Samarinda, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, Bontang dan Berau. 

Penampilan para kelompok teater peserta festival dilakukan selama dua hari mulai tanggal 28 dan 29 Juni 2022. Sebenarnya kegiatan telah dilaksanakan sejak 27 juni, namun secara resmi baru dibuka pada selasa (28/6/2022) hari ini. 


Menurut ketua UPTD Taman Budaya Kalimantan Timur, Ismit Rizal kegiatan Festival Teater tahun yang lalu hanya bisa diadakan secara online, dimana para peserta bermain tanpa penonton, hanya disorot oleh kamera, namun tahun ini sudah bisa digelar kembali dengan dihadiri penonton meski tetap dengan menerapkan protokol kesehatan karena pandemi masih belum berakhir. 

Festival ini akan dinilai oleh beberapa juri yang terdiri dari para tokoh seniman senior Kaltim diantaranya Drs. Hamdani dan H. Pance. Secara teknis, lomba tidak diarahkan oleh pembawa acara atau MC. Tanda-tanda yang diberikan dalam lomba hanya berupa suara gong yang akan memandu kelompok  peserta kapan harus bersiap, bermain dan mengakhiri pertunjukan. Hadiah lomba nantinya akan dibagikan pada kegiatan di bulan Juli mendatang.

Sementara itu salah seorang tokoh Teater Kaltim, Wawan Timor mengungkapkan bahwa kegiatan festival ini lebih mengedepankan tujuan silaturahmi guna mengobati kerinduan para seniman pada panggung pementasan. 

Tanpa bermaksud meremehkan kerja keras pihak UPTD Taman Budaya yang mengadakan dan menyediakan hadiah, tentunya, seniman senior  Wawan Timor merasakan bahwa momen ini benar-benar berharga bagi para seniman karena telah menghidupkan kembali semangat berkesenian yang sempat redup selama pandemi. (Asya/mediaibukota) 



Indahnya Agama Melindungi Kehidupan Manusia

Sebagai muslim kita tentu yakin bahwa tidak ada suatupun dari ibadah yang diperintahkan oleh Allah Sunhanahu wa ta'ala kecuali pasti membawa kebaikan bagi manusia. Allah Maha kuasa, Maha Sempurna dan Maha Penyayang. 

Ibadah shalat misalkan. Menurut para ahli kesehatan, gerakan-gerakan shalat dapat menyehatkan badan. Karena disamping sebagai ibadah, gerakan-gerakan itu laksana senam yang bermanfaat bagi tubuh. 

Namun demikian sebagai muslim kita juga harus menyadari bahwa gerakan shalat itu bukanlah gerakan yang maksud utamanya untuk olah raga atau senam. Ia tetaplah merupakan gerakan dalam ibadah ritual. Adapun manfaat kesehatan yang diperoleh darinya bisa dibilang itu merupakan bonus atau nilai tambah yang Allah anugerahkan. 

Demikian pula amalan sebelum shalat yang bernama wudhu. Menurut penelitian para ahli ternyata prosesi wudhu sangat bagus bagi kesehatan. Mulai dari menghirup air dari hidung, mencuci tangan, membasuh wajah, mengusap kepala dan telinga, hingga membasuh kaki dengan sempurna. Semua prosesi itu bisa membuat anggota tubuh kita bersih sehingga mengurangi kemungkinan tertular penyakit. 

Itu diantara beberapa hikmah ibadah yang disyari'atkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hambaNya dan dicontohkan pengamalannya oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam beserta para sahabat beliau. 

Namun demikian kita perlu mendudukan permasalahan ini secara proporsional. Yakni bahwa wudhu dan shalat tujuan utamanya adalah ritual ibadah bukan alat pengobatan. Wudhu memang membantu menyehatkan namun air wudhu bukan anti septik pembunuh kuman. Gerakan shalat bisa menyehatkan dan meningkatkan kebugaran, namun shalat bukanlah senam. Sekali lagi ia adalah ritual ibadah. 

Jangan sampai pemahaman beragama yang ghuluw (berlebihan) menyebabkan kita salah kaprah dan menggantikan fungsi-fungsi metode pengobatan dengan ritual ibadah. Masing-masing ada di wilayah yang berbeda. 

Berwudhu misalnya. Tidak serta merta dengan berwudhu kita otomatis terbebas dari kuman atau tidak akan terjangkit penyakit. Kita harus bisa memahaminya dengan benar. Kalau tidak maka agama ini akan terkesan memiliki kontradiksi dan malah bisa dicela oleh orang di luar Islam. 

Misalnya, kita ngotot bahwa dengan wudhu penyakit tidak akan bisa menyerang kita. Eh, faktanya di jaman sahabat dulu saja beberapa kali mereka terkena tha'un (wabah menular) hingga ada ribuan umat Islam termasuk para sahabat yang syahid. 

Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata bahwa: "Pada tahun 18 Hijriyah menurut pendapat yang masyhur dari pendapat mayoritas ulama telah terjadi wabah tha'un (virus yang menular) di daerah Amwas, kemudian ia menyebar di negeri Syam. Hal itu menyebabkan banyak sekali dari kalangan para sahabat dan juga yang lainnya meninggal dunia. Ada info yang telah mengatakan bahwa jumlah orang yang meninggal mencapai 25.000 jiwa dari kaum muslimin. Dan di antara orang-orang terkenal yang telah meninggal adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah, kepercayaan umat ini radhiyallahu 'anhu" (Al-Bidaayah wan Nihaayah VI/94)

Nah, dalam kitab terkenal "Bidayah wan Nihayah" sebagaimana dikutip di atas, dengan jelas diceritakan bahwa yang meninggal karena wabah tha'un bahkan hingga mencapai 25.000 jiwa. Apakah mereka bukan ahli ibadah yang tak gemar melakukan wudhu dan shalat? Tentu bukan. 

Para sahabat Nabi dan kaum muslimin jaman itu adalah para ahli ibadah dan sangat bagus dalam berwudhu. Pemahaman agama dan amaliah ibadah mereka jauh di atas kebanyakan kita saat ini. Namun sebagai manusia mereka juga tidak lepas dari musibah dan wabah. Mereka sudah berwudhu, shalat dengan khusyuk bahkan aneka ibadah lainnya, tapi tetap juga terkena penyakit.

Yang membedakan ahli ibadah dengan yang bukan ahli ibadah saat mendapat musibah adalah kesabaran dan pahalanya. Orang-orang yang ahli ibadah jiwa dan raganya semakin dekat kepada Allah. Dan kalaupun mati, mereka mati dalam keadaan syahid sebab wabah tersebut. 

Kita belum menemukan riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah menyuruh para sahabat untuk mencukupkan diri dengan wudhu dan shalat saja saat ada musibah (wabah) dan kondisi genting, tapi yang diperintahkan oleh beliau adalah agar umat Islam berikhtiar menghindari penularannya.

Ada beberapa cara yang Rasulullah perintahkan. Diantaranya untuk mengantisipasi wabah menular adalah dengan mejauhinya, bagi umat yang berada di luar tempat terjadinya wabah. Dan melarang mereka yang berada di wilayah wabah untuk bepergian ke wilayah yang masih aman supaya tidak menyebar disana. 

Kemudian untuk kondisi darurat, apakah karena cuaca ekstrim (panas terik, hujan lebat dan badai) atau kondisi perjalanan yang tidak aman, maka beliau membolehkan (bahkan memerintahkan) umatnya untuk berdiam di rumah masing-masing dan beribadah di rumah tersebut (tidak berjamaah di masjid). Sampai-sampai dalam adzan kalimat "hayya 'alas sholah" (mari mengerjakan shalat) diganti dengan ucapan "shollu fi buyutikum" (shalatlah di rumah kalian masing-masing).

Bukan hanya itu, bahkan menurut para ulama yang sangat memahami syari'at yang dibawa oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam, beberapa kondisi lainnya seperti karena sakit, bau mulut atau tubuh yang bisa mengganggu orang lain, sampai makanan yang terlanjur terhidang dan siap santap saja bisa menjadi sebab seorang muslim menunda untuk berjamaah di masjid.

Syekh Ibrahim al-Bajuri menyebutkan di antaranya yang bisa menjadi uzur (halangan yg diizinkan) adalah: 1) terdapat hujan dan angin besar,  2) sangat lelah, 3) udara di luar dingin atau panas sekali,  4) lapar atau haus sekali, 5) sakit, 6) sedang menghadapi masalah, 7) sedang tanggung menolong orang lain, 8) tidak ada yang pantas dipakai di tempat umum, 9) habis mengkonsumsi makanan seperti petai atau jengkol, 10) sedang menjenguk orang sakit, 11) obesitas, 12) mengantuk berlebih, dan 13) suami atau istri meminta berhubungan badan. 

Padahal sebagian dari udzur yang disebutkan Syaikh di atas tidaklah membahayakan jiwa, tapi hanya karena mengganggu orang lain ataupun berkaitan dengan cuaca esktrim dan kondisi fisik yang lemah. Apalah lagi bila yang terjadi adalah munculnya bahaya yang mengancam jiwa semacam wabah mematikan. 

Ini sesungguhnya menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang sangat menjaga jiwa manusia. Dan Allah Sunhanahu wa Ta 'ala merupakan Tuhan Yang Maha Penyayang, Yang sangat menginginkan kemudahan bagi hambanya. Ia tidak membebani hamba kecuali sesuai kemampuan si hamba itu saja. Sebagaimana FirmanNya:

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al Baqarah: 185).

Dan dalam ayat yang lain:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286).

Saudaraku, saat Allah sudah memberikan rukhshah (keringanan) maka alangkah baiknya bila kita menyambut keringanan itu sebagai tanda syukur dan pengabdian kita kepadaNya. Jangan kita menjadi sombong dan merasa mampu sehingga meremehkan Kemurahan Allah. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ تُؤْتِى رُخْصَهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتِى مَعْصِيَتَهُ

“Sesungguhnya Allah menyukai didatanginya rukhsah (keringanan) yang diberikan, sebagaimana Dia membenci orang yang melakukan maksiat” (HR. Ahmad, dan Ibnu Hibban dari Ibnu Umar dengan sanadnya yang Shahih).

Jadi jangan kita menyangka Allah suka dengan orang-orang nekat, yang beribadah hanya dengan modal semangat dan menyepelekan fasilitas keringanan yang Dia berikan. Lebih beriman mana antara kita dengan Rasul dan para sahabat beliau? Sedang mereka saja begitu senang menyambut rukhshoh (keringanan) yang Allah berikan. 

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesulitan/keberatan” (QS. Al-Hajj: 78).

Sungguh begitu indahnya agama ini, betapa Maha Penyayangnya Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan begitu bijaksananya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam. Hanya terkadang hawa nafsu manusia dan semangat beragama yang ghuluw (berlebihan) menyebabkan si manusia tersebut kebablasan hingga menjadi keluar jalur. 

Semoga Allah Sunhanahu wa Ta'ala selalu menuntun langkah kita, sehingga kita senantiasa berada dalam ajaran NabiNya yang mulia dan istiqomah hingga khir hayat kita.   Aamiin yaa Robbal 'aalamiin. 

Wallahu a'lam

20 Maret 2020

Tidak Ada, Ataukah Tidak Tahu Dalilnya?

Urusan ibadah ritual memang membutuhkan dalil. Dan yang namanya dalil itu ada yang berasal dari Al Qur’an, Al Hadits, Amaliah para sahabat, serta ijtihad para ulama mujtahid yang mana mereka berijtihad adalah atas dasar dalil yang pokok tadi.

Membuat sendiri ritual ibadah yang bertentangan dengan dalil agama, maka ritual itu akan tertolak dan bahkan bisa mengantarkan pelakunya masuk ke dalam neraka.

Semua ulama yang lurus sepakat akan hal tersebut. Karena itulah yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam.

Yang jadi masalah, di jaman sekarang ini kadang, ada orang yang gemar menuduh suatu amalan itu TIDAK ADA DALILNYA, padahal bukan tidak ada dalilnya, tapi merekalah yang TIDAK TAHU DALILNYA.

Mereka menyangka berbuat benar, padahal telah melakukan, paling tidak TIGA kesalahan besar.

PERTAMA, sombong karena menjadikan diri mereka sendiri dan kelompoknya sebagai ukuran kebenaran. Bukan lagi dalil yang jadi ukuran. Bila mereka tahu maka berarti ada dalilnya, bila yang mereka tidak tahu maka dianggap bukan dalil.

KEDUA, akibat prinsip sesat itu mereka jatuh ke dalam dosa besar, yakni mengharamkan hingga mensyirikkan hal yang dihalalkan bahkan disunnahkan.

KETIGA, Mereka jadi menebarkan fitnah dan membunuh karakter ulama besar yang mengamalkan sesuatu yang menurut mereka tidak berdalil tadi. Tuduhan ahli bid’ah, sesat bahkan musyrik dengan mudah mereka sematkan kepada tokoh ulama, apalagi orang awam.

Kesesatan semacam ini sulit untuk disadari oleh pelakunya karena mereka sudah sedari awal memposisikan diri sebagai penentu benar dan salah. Mereka merasa pengetahuannya sudah melingkupi semuanya, tak ada yang terlewat dari apa yang mereka pelajari

Maka, paling selamat bagi kita yang belum sampai pada derajat mufti apalagi mujtahid ini adalah dengan ber-taqlid ataupun ittiba (mengikut) pendapat ulama yang kita yakini kebenarannya, tanpa berani menyalahkan pendapat dan amalan kelompok lain yang kita belum ketahui dalilnya.

Wallahu a’lam

 

Pergi ke jawa naik pedati
Jalan berputar kudanya roboh
Kadang manusia tak hati-hati
Berlagak pintar padahal bodoh

Sungguhlah tinggi pondok di huma
Tiangnya dua berlapis busa
Apalah lagi urusan agama
Salah berfatwa bisa berdosa

Pergi ke kota membeli baju
Sambil melaju menunggang kuda
Kalaulah kita yang tidak tahu
Jangan terburu bilang tak ada

Di istana banyak ruangnya
Pagarnya bulat beranak tangga
Lebih bijaksana banyak bertanya
Agar tak sesat salah menduga

Air bersih dibuat jamu
Lalu dicampur larutan kanji
Kalaulah masih sedikit ilmu
Lebih manfaat banyak mengaji

Buah mangga si buah duku
Buah markisa si buah kurma
Tidaklah ada seujung kuku
Ilmu kita dibanding ulama

Makan nasi sayur berkuah
Lampunya redup tidak melihat
Saling toleransi jaga ukhuwah
Lapanglah hidup dunia akhirat


Samarinda, 6 Maret 2021


Merawat Keimanan


Sungguh benar sabda Nabi Shalallahu alaihi wa salam bahwa malu itu bagian dari iman.

Ya, orang kalau imannya lemah bisa kehilangan rasa malu sehingga dengan ringannya mengambil hak orang lain. Harta orang lain, jabatan orang lain, dan apapun yang diinginkannya sampai suami atau istri orangpun diambil (dirampas) terang-terangan.

Bukan hanya sebatas itu, di beberapa negeri di luar sana, nyawa manusiapun dirampas dengan semena-mena. Dan ini sudah berjalan sejak dulu kala. Berapa banyak negeri yang hingga saat ini masih mengalami penjajahan "abadi". Padahal organisasi dewan dunia sudah lama berdiri.

Saudaraku, apalagi di jaman medsos sekarang ini. Sering rasa malu hilang demi popularitas. Berapa banyak orang yang dengan pedenya membuat konten buruk yang tak sesuai dengan nilai adat, moral dan agama. Bahkan konyol dan tak mencerminkan harga diri sama sekali.

Marilah jaga dan rawat keimanan walaupun kita sendiri bukanlah manusia paling baik dan paling beriman. Namun paling tidak jangan jatuhkan harga diri kita dengan ucapan dan perilaku yang tak mencerminkan rasa malu lagi.

Semoga dengan ikhtiar seperti itu kita masih tercatat sebagai hambaNya yang beriman yang masih memiliki rasa malu.

Wallahu a'lam

Ambisi Jangan Membuat Lupa

 
Kita memang tidak harus membenci dunia dengan hanya beribadah ritual selama 24 jam. Kita harus tetap mengejar urusan dunia, bahkan andaikan tahu bahwa besok hari kiamat bakal tiba. 

Namun janganlah pula kebutuhan diri akan nikmat dunia itu membuat kita melupakan sama sekali urusan mati dan kehidupan sesudahnya. 

Apalagi bagi kita yang hingga saat ini sudah diberi Allah usia di atas 40 tahun, dan bahkan mungkin sudah memiliki pencapaian yang mengagumkan soal harta, jabatan dan popularitas, marilah mulai mengendalikan diri dan menahan godaan-godaan duniawi tersebut. 

Salah satu caranya tentu dengan mensiasati agar bagaimana segala pencapaian duniawi itu bisa kita konversi menjadi sumber-sumber pahala dan tabungan akhirat.

Yang punya jabatan dan harta misalnya, saatnya berpikir tentang bagaimana jabatan dan harta itu membuat kita semakin memiliki kesempatan dan kemampuan menebar kebaikan di dunia ini.

Jangan sampai keberhasilan mencapai beberapa kenikmatan dunia, malah membuat mabuk dan semakin ambisius. Apalagi bila kemudian ambisi itu menyebabkan tindakan menghalalkan segala cara.

Berapa lama lagi sih kita ingin menikmati dunia ini. Belum cukupkah harta, jabatan dan kekuasan yang ada? Mengapa tak mempersiapkan bekal akhirat dan menjalin huhungan baik dengan sesama, supaya nanti tidak ada yang membebani langkah menujur sorga?

Sadarilah, kita sudah mulai diingatkan dengan naiknya tekanan, gula darah, asam urat, bahkan daya ingat yang terkadang melemah. Kita mulai disapa dengan keram tangan, lutut sakit dan pusik kepala hanya saat tertimpa hujan rintik.  

Umar ibn Khattab, khalifah pernah berkata:  ''Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, 'Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?' Nabi menjawab, 'Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat'.'' (hadits riwayat Ibnu Majah).
 
Begitulah, orang yang sekolahnya tinggi dan titelnya berderet, bahkan mungkin harta serta jabatanya juga sudah mencapai tataran paling atas, namun sesungguhnya ia belum cerdas bila masih terlena dan tertipu oleh kehidupan dunia. Belum mampu memahami hakikat kehidupan yang semu dan sentara. 

Wallahu a'lam

Roda Kehidupan

"Kehidupan itu bagaikan roda yang berputar. Kadang kita di atas dan kadang di bawah."

Demikian kurang lebih kalimat bijak yang sudah sejak dulu kala populer dalam kehidupan masyarakat kita. Ia bertahan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun, dan hingga sekarang tidak ada yang membantahnya. Tentu karena memang apa yang disampaikan dalam kalimat tersebut adalah berdasarkan kenyataan yang dialami dan disaksikan oleh setiap kita.

Pesan bijak dari ungkapan tersebut tentunya berlaku dalam berbagai sisi di kehidupan kita. Dalam bisnis, dalam pergaulan sosial, dalam kekuasaan bahkan dalam nilai-nilai spiritual keagamaan.

Semua orang mungkin hafal dengan ungkapan penuh makna ini, namun sayangnya tidak semua orang menanamkannya ke dalam jiwa atau pikiran bawah sadarnya. Sehingga dalam tataran aplikasi, teramat sering manusia itu lupa diri saat berada di atas dan seolah lupa bahwa ada kalanya dia berada di bawah.

Maka, seringkali orang yang berada di atas menjadi angkuh, sombong dan arogan. Meremehkan bahkan berbuat dzalim kepada mereka yang posisi kehidupannya masih berada di bawah.

Dalam hal spiritual keagamaan misalnya, tak mustahil ada orang yang kehidupannya sangat relijius, namun saat sifat angkuhnya muncul dia meremehkan mereka yang masih belum tampak kesolehannya bahkan terkesan sebagai pendosa. 

Dalam keilmuan mungkin juga terjadi, orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki gelar akademik berderet lalu meremehkan mereka yang berpendidikan rendah bahkan tak pernah duduk di bangku sekolah. 

Demikian pula dalam 'kasta' sosial ekonomi. Mereka yang bergelimang harta serta memiliki jabatan bisa saja menjadi arogan meremehkan orang miskin dan rakyat jelata. Malah sering kali kita membaca dalam catatan sejarah bagaimana penguasa dan orang-orang kaya berkomplot mendzolimi kaum lemah. 

Ya, semua itu tidak lain dan tidak bukan terjadi karena mereka 'lupa' bahwa kelebihan dan kekuasaan yang saat ini dimilikinya tidaklah selamanya. Kejatuhan  bahkan kematian akan menghentikan semua arogansi dan kedzoliman itu kapan saja. Dan itu bisa saja berlangsung dalam waktu singkat dan tiba-tiba. 

Roda kehidupan terus berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. Semua dipergantikan  oleh Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan itu sendiri. Sungguh beruntung orang-orang yang selalu mawas diri dan menjaga kesadaran hatinya akan hakikat kehidupan. 

Wallahu a'lam

13 Pebruari 2021

Harapan Seorang Ayah

Setiap ayah itu pasti menginginkan hal yang terbaik buat anak-anaknya. Hanya saja berbeda ayah berbeda pula ukuran yang dipakai buat mengukur baik dan buruk itu sendiri. 

Yang mungkin menyamakan hanyalah ajaran Allah dan RasulNya. 

Bagi ayah tertentu, mungkin yang baik itu adalah menuruti segala keinginan sang anak. Memberikan segala yang dimaui sang anak, adalah tanda kasih sayang menurut dia. 

Namun  bagi ayah yang lain, menjaga dan melindungi anak dari hal yang dilarang agama, itulah tanda sayang sebenarnya. Ia tak mau membiarkan anaknya jauh dari hukum Allah. Ia ingin anaknya shaleh dan shalehah.

Saat seorang anak perempuannya akan menikah. Mungkin ada orang tua yang lebih memilih untuk menjadikannya "Ratu Sehari" yang bersanding di singgasana dengan kemewahan dan harga materi yang tinggi. 

Namun bagi ayah yang lain, ia lebih menginginkan anak perempuannya menjadi Ratu Rumah tangga sepanjang usia, yang anggun dengan sifat qonaah dan bakti sucinya pada suami dan keluarganya. 

Bagi sebagian ayah, mungkin ingin memilih menantu yang tampan dan kaya raya, agar puterinya benar-benar menjadi  wanita yang tak kekurangan apa-apa, bergelimang kemewahan dalam sangkar emasnya.

Namun bagi sebagian ayah yang lain, ia hanya ingin puterinya memiliki imam yang bisa membimbing dan menuntun langkahnya meniti jalan ibadah, dalam kasih sayang dan akhlak yang mulia. Hingga nanti keluarga besar mereka berkumpul di sorga bersama Rasulullah dan keluarga beliau juga. 

Keinginan dan harapan seorang ayah kadang memang tak sama dengan keinginan dan harapan ayah-ayah yang lain. 

Dan aku... Hanya ingin  anak keturunanku menjadi hamba Allah yang berjalan meniti ajaran NabiNya sejak lahir hingga ajal memisahkan kami, dan kemudian mempertemukan kami kembali di sorgaNya tanpa ada yang tertinggal seorangpun juga.

Ya Rabb, jaga dan lindungilah putera-puteriku. Berikanlah kepada mereka pendamping hidup yang bertaqwa. Yang takut kepadaMu dan sayang kepada mereka. Yang bisa menjadi mitra mereka dalam menjalankan ketaatan kepadaMu.

Ya, Ilahi yang hanya Engkaulah Tuhan Yang Berhak Disembah. Bahagiakanlah kehidupan anak keturunanku dengan kebahagiaan sejati yang penuh berkah. Hindarkan mereka dari keburukan dan kesusahan. Tentramkanlah rumah tangga mereka dalam sakinah mawaddah wa rohmah.

Dan jadikanlah mereka sebagai perhiasan kami di dunia dan akhirat. Aamiin

(25 oktober 2020)

Memilih yang Terbaik


Selalu ada sikap TERBAIK dalam merespon apapun di dunia ini. Sikap terbaik artinya sikap yang paling tepat. Dan yang tepat pada suatau keadaan bisa jadi tidak tepat pada keadaan lain. 

Ada kalanya kelembutan adalah hal yang tepat terhadap sesuatu atau keadaan, dan ada kalanya ketegasan merupakan sikap terbaik untuk sesuatu atau keadaan yang lain. 

Semua tentu ada ilmunya dan ilmu itu harus dipelajari dari ahlinya. Makanya kita tak boleh menentukan sesuatu itu baik ataukah buruk hanya dengan perasaan sendiri. Kecuali kita adalah ahli/pakar di bidang tersebut. Itupun alangkah eloknya bila memperhatikan pendapat ahli yang lain. Siapa tahu kita khilaf.

Kalau ia soal adat maka ukurannya adalah kebiasan dan nilai di komunitas, suku atau kelompok kita. Penuntunnya tentu tokoh adat atau para tetua. 

Kalau bicara soal medis, maka tempat bertanya dan meminta bimbingan adalah para dokter dan ahli pengobatan yang berkompeten di bidangnya. 

Demikan pula soal agama, maka yang pantas memberikan bimbingan, nasihat dan fatwa tentu adalah para ulama. Merekalah yang memahami urusan agama.

Bagaimana bila para ahli berbeda pendapat? Mana yang harus kita ikuti? Maka ikutilah mereka yang lebih kita yakini kompetensinya. 

Kalau saya pribadi memilih mengikuti para ahli, pakar atau ulama yang mayoritas. Karena secara logika pendapat banyak ahli tentu memiliki kemungkinan salah lebih kecil. 

Kalaupun apa yang kita ikuti itu ternyata masih belum paling tepat, maka kita sudah berusaha maksimal. Dan Allah tak menuntut di luar batas kemampuan kita. 

Wallahu a'lam

(30 oktober 2020)

Bikin Blog Adsense, Alternatif Dapat Cuan dari Tulisan

Sahabat dan kerabat, salah satu cara buat menyalurkan hobi menulis yang bisa kita lakukan adalah dengan membuat blog maupun situs berita. Di blog dan situs (website) inilah tulisan kita publikasikan agar dibaca oleh orang dari seluruh dunia. 

Dengan kemajuan teknologi internet saat ini, membuat blog dan website sangat mudah bahkan gratis. Dan yang membuat kita lebih bersemangat, blog dan website itupun bisa menjadi alat untuk "ngepet" dolar alias "panen cuan".

Caranya? Dengan memasang iklan di blog atau website yang kita buat. Ada banyak perusahaan yang menjembatani antara pihak yang beriklan dengan kita selaku penayang iklan mereka di blog/website kita. Perusahaan "perantara" yang paling terkenal saat ini adalah google dengan program google adsense-nya.

Kalau anda pernah mendengar para youtuber menghasilkan uang dari kontennya, maka salah satu, bahkan bisa dibilang yang paling utama, biasanya adalah iklan dari google adsense ini. 

Kali ini saya tidak akan membahas soal adsense di youtube, tapi adsense di blog atau website.

Saya ingin berbagi sedikit informasi kepada sahabat dan kerabat sekalian tentang adsense yang tayang di blog dan website, karena sarana yang satu inilah yang lebih dominan dengan aktifitas kepenulisan. 

Tentu saja ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi agar blog/website kita bisa diterima sebagai mitra tempat mereka memasang iklannya. Diantaranya kita harus berusia minimal 18 tahun. Selain blog kita memilki jumlah tayangan yang lumayan tinggi, konten yang dimuat juga harus asli bukan copas dari blog atau website lain.

Syarat lain yang harus dilengkapi adalah struktuk dan jenis konten yang harus ada sesuai ketentuan yang dibuat google. Saran saya, bila ingin cepat diterima dalam program adsense, sebaiknya blog kita memiliki halaman disclaimer, privacy & policy, about us dan contact. 

Google Adsense adalah program periklanan di Google yang melibatkan para pemilik website atau blog untuk menayangkan (memasang) iklan Google di blognya.

Adapun Iklannya berasal dari para pemasang iklan di program Google Ads atau Google AdWords. Iklan tersebutlah yang akan muncul (ditampilkan) di blog atau website kita. Jenis iklan sendiri disesuaikan dengan konten atau niche blog kita oleh google. 

Selanjutnya pihak google membayar kepada kita sebagai penampil (publisher) setiap kali link iklan tersebut diklik (PPC, Paid Per Click) atau tampil per 1000 impresi (tayangan) atau Paid Per Impression.

Artinya makin banyak orang yang mengunjungi blog/website kita dan meng-klik iklan yang tampil maka akan semakin banyak juga pundi-pundi uang yang masuk. 

Nah, begitulah gambaran ringkas tentang bagaimana aktifitas menulis kita bisa menghasilkan dolar dan rupiah bila kita salurkan melalui blog atau website yang diikutkan dalam program google adsense. 

Lalu, apakah hanya google adsense saja yang bisa dijadikan alat mencari cuan? Tentu saja tidak hanya itu, masih banyak lagi program iklan yang bisa kita ambil dari perusahaan lain. Saya sendiri untuk website berita yang saya kelola, bekerjasama dengan dua penyedia iklan yakni google adsense dan MGID. 

Selain menampilkan iklan, mencari cuan lewat blog atau website bisa juga dengan menjalin kerjasama dengan brand atau perusahaan tertentu untuk mereview produk, menjalankan bisnis afiliasi, ataupun yang lainnya. 

Demikian, semoga bermanfaat buat teman-teman para penulis, terutama penulis pemula. Mari terus menulis untuk melatih intelektualitas kita dan menebar manfaaat bagi umat manusia. 

*Gambar tangkapan layar, salah satu blog kliping berita yang saya kelola telah lolos menampilkan iklan adsense dan MGID.

Ikatlah Ilmu dengan Tulisan

"Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja."

Begitulah (kurang lebih) ungkapan Imam Asy Syafi’i dalam Diwan Syafi’I hal. 103. Beliau menyampaikan kepada kita bahwa menulis itu penting buat melestarikan ilmu yang sudah kita cari dan dapatkan. 

Oleh sebab itulah mengapa dalam postingan sebelumnya saya pernah mengatakan bahwa keahlian menulis itu penting buat dikuasai oleh profesi apapun. Karena semua profesi itu ada ilmunya dan setiap ilmu itu perlu dijaga agar tidak hilang. Minimal, dengan menuliskanya kita telah mengantisipasi agar sebuah ilmu terjaga keaslian (baca: kebenaran) nya. 

Jadi, tidak perlu menunggu jadi pengarang, jurnalis ataupun peneliti untuk belajar menulis yang baik. Apapun  bidang kegiatan anda saat ini, selama didalamnya ada ilmu, maka pelajarilah cara menuliskan ilmu itu agar dia terjaga dan bisa dipelajari oleh generasi setelah anda. 

Semangatlah untuk menulis. Belajar dan mintalah bimbingan kepada mereka yang ahli bila anda belum pede menjalaninya sendiri . Percayalah bila anda menemukan metode belajar/berlatih yang tepat, maka menulis itu akan "Semudah Membalik Telapak Tangan."

Wallahu a'lam
Kota Tepian 22 Juli 2021

www.abdillahsyafei.com

Bagaikan Air

Secara alami kebenaran itu akan selalu menemukan jalannya untuk sampai ke hati-hati yang ikhlas. Dihalangi dengan apapun selalu ada celah untuk dia merembes dan akhirnya terkumpul menjadi sebuah aliran pencerahan. 

Bahkan saat dibendung dengan tembok tebal, tinggi dan kokohpun, air tak pernah merasa terhalangi. Ia terus saja datang tanpa kenal putus asa. Meski mungkin hanya setetes demi setetes, bendungan penghalang itupun akan ia lampaui juga. 

Ia tak serta merta memaksakan diri untuk membanjiri area di seberang sana. Ia mungkin hanya mengisi relung-relung kecil, celah-celah sempit, dan kekosongan-kekosongan yang ada di sekelilingnya.

Setetes demi setetes akhirnya menjadi banjir yang tak bisa ditahan oleh siapapun kecuali Sang  Pencipta air itu sendiri. 

Begitulah juga kebenaran, ia mengalir dari sumber yang jernih. Membasahi lembah-lembah gersang, lubuk hati yang kering kerontang, celah-celah kekosongan jiwa dan menyejukannya meski tembok kedzaliman menghadang garang. 

Tetesan dan rembesan kebenaran akan terus mengisi ruang kekosongan. Memenuhinya dengan kejujuran.  Dan akhirnya tak bisa dibendung oleh benteng tirani yang sekokoh dan setinggi apapun. 

Bahkan semakin dihalangi dan dibendung, ia akan semakin menyimpan energi potensial yang kian meraksasa. Hingga detik jebolnya keangkuhan itupun terjadi, menenggelamkan angkara murka. 

Wallahu a'lam
Bumi Kalimantan, 11 Juli 2021

Antara Virus, Imun dan Iman


Kadang aku merenung dan bertanya: "Apakah keyakinan soal virus lebih tinggi dari keyakinan pada Tuhan dan agama?"  

Kita masih bisa menerima perbedaan keyakinan akidah, perbedaan cara ritual ibadah dan perbedaan pilihan agama. Tapi banyak diantara kita yang tak bisa menerima perbedaan pemahaman soal virus.

Akhirnya hanya karena beda pendapat soal vaksin bahaya atau manfaat, virus atau obat, isolasi mandiri atau karantina, alami atau konspirasi, kita saling hina dan menista. 

Bahkan gara-gara mahluk tak kasat mata bernama virus corona itu, sebagian manusia mendzolimi manusia lainnya dengan berbagai alasan dan cara. 

Korupsi bantuan sosial, penutupan tempat usaha, pembatasan aktifitas pendidikan, ekonomi dan agama, hingga arogansi antara sesama yang berujung pada caci maki, pemukulan dan tindakan aniaya. 

Pandemi memang menjadi ujian bagi daya tahan IMUN dan IMAN. Semoga kondisi terus membaik dan menjadi normal, sehingga kita bisa kembali hidup dalam kedamaian, dan lebih sejahtera dari segi duniawi maupun ukhrowi. Aamiin

Solusi

"Mengatasi masalah itu dengan mendatangkan solusi bukan dengan membuat masalah yang baru, apalagi yang lebih besar lagi"

Demikian yang seharusnya kita pikirkan. Apalagi sebagai seorang atasan atau pimpinan. Karena setiap apa yang kita putuskan, akan berpengaruh besar pada bawahan dan siapaun yang darinya kita diberi kepercayaan. 

Solusi itu hadir buat menghilangkan atau paling tidak mengurangi mudharat. Maka ketika sesuatu yang kita anggap solusi itu justeru mendatangkan banyak kesengsaraan dibanding saat ia belum dilakukan, itu artinya kita salah analisa, tertipu narasi dan kehilangan akal sehat.  

Banyak hal dalam kehidupan ini yang sangat dipengaruhi oleh persepsi. Sayangnya orang mengira persepsi itu sebagai realita sejati. Sehingga ia akan menuduh orang yang menolak "solusi" versi dia itu, sebagai orang yang tidak benar bahkan jahat dan antipati. 

Padahal, justeru si pembuat "solusi"  palsu yang mendatangkan mudharat tadilah penjahat sebenarnya. Sayangnya lantaran salah asumsi ia meyakini bahwa kejahatannya itu sebagai kebaikan dan solusi. 

SEMANGAT

Semangat pagi sahabat dan kerabat. Tetap gunakan akal sehat. Semoga hari ini dan seterusnya kita semakin bertambah sehat. Iman dan imun terus meningkat. Sehingga kehidupan yang kita jalani membawa kepada kemuliaan dunia dan akhirat. 

Mari menatap hari depan dengan penuh ketegaran. Jangan pesimis apalagi putus harapan. Percayalah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang selalu memberikan  jalan atas segala permasalahan. Dan tidaklah Dia memberikan cobaan yang melebihi kemampuan.

Pilihan kita sebagai hamba yang beriman hanyalan menjalani ikhtiar semaksimal kemampuan. Dan menerima takdir dengan penuh tawakal serta kesabaran. Wallahu a'lam